Anda pernah
mendengar kalimat ini? “Kau bisa membayar guru untuk mengajarimu, tetapi kau
tidak bisa membayar mereka untuk peduli.” (Marva Collins)
Di zaman yang
semakin canggih ini, tentulah semakin banyak orang pintar di dunia ini. Lalu,
pernahkah anda memperhatikan tentang berapa banyak mereka yang pintar dan
peduli pada orang-orang disekitarnya dengan tulus ikhlas? Masih adakah orang
seperti itu di dunia ini?
Alhamdulillaah
masih dan banyak. Alhamdulillaah juga saya dipertemukan dengan mereka di sebuah
komunitas bahasa, namanya Central
Language Improvement (CLI) Ulil Albab.
Lalu, siapakah
mereka? Mereka adalah pemuda pemudi bangsa Indonesia yang berkuliah di kampus
perjuangan alias kampus tertua di Indonesia bernama Universitas Islam Indonesia
(UII) Yogyakarta. Dengan kemapuan berbahasa yang dimiliki, mereka sebagai para
penggagas komunitas ini menawarkan lingkungan berbahasa yang dapat dijadikan
sarana untuk memperlancar dan menguasai bahasa internasional, terutama bahasa Inggris
dan bahasa Arab.
Tanpa tanda jasa.
Inilah julukan yang tepat untuk menggambarkan mereka yang sesungguhnya. Berbagi
ilmu tanpa mengharapkan imbalan. Semua bimbingan ini diberikan kepada siapa
saja mahasiswa UII yang ingin bergabung, setiap Jum’at dan Sabtu Malam ba’da
Isya di Pelataran Auditorium Kahar Mudzakir. Para penggagas ini selalu
mendorong seluruh anggota CLI untuk bisa mewujudkan mimpi para anggota CLI agar
berhasil mengharumkan nama bangsa Indonesia di berbagai belahan dunia.
Alhamdulillaah, lebih dari setengah jumlah anggota CLI telah mampu mewujudkannya.
Bagi saya, CLI
layaknya tempat dimana kami menemukan keluarga seperjuangan yang satu
visi, tempat orang-orang yang positif
thinking, memahami arti kebersamaan, belajar tanpa harus malu, bertanya sampai
benar-benar terpahami, berbagi, memotivasi dan selalu termotivasi, terinspirasi
dan menginspirasi.
CLI lahir sebagai wadah untuk
berbagi dan bersinergi mewujudkan generasi muslim di Indonesia yang intelek
dan tetap tawaddu’. Sungguh saya banyak belajar dari mereka pada masa-masa
terakhir saya merantau di kota budaya tersebut. Semoga semakin banyak anak-anak
Indonesia yang menorehkan manfaat bagi sesama, bagi bangsa dan agamanya. Rasa
nasionalisme seperti inilah yang perlu kita refleksikan dalam kehidupan.
Ayo belajar dan mengajar! Mengajar dengan niat yang lurus, mengajar
dengan kata sabar. Belajar tanpa kenal lelah, belajar tanpa kenal usia. Allah
selalu memberi pembelajaran pada setiap
proses kehidupan yang kita lalui. Everyone
is a teacher, every place is a school.
moment kebersamaan saya dengan beberapa diantara mereka
Salam Mayamoy ^^