Thursday, 28 March 2013

Antara Rindu Dan Cemburu Ada Hujan -__-

Heyhoo Bloggersss...
Okee siip mari nyanyi dulu pake nada lagunya Bunyamin Sueb - Hujan Gerimis Aje..
apa pake nada lagu abang tukang bakso juga boleh kok *krik krik

 1...2...3.... 
Eeh ujan gerimis aje.. ikan koi lagi di panggang..
Eh kamu kemane aje.. hari gini kok baru posting..
♬♪ Dengdeng.... dededeng dededeng  *suara ketukan stik tulang gajah

Apa sih may dari judul sampe opening nya ga ada yang nyambung :( || 
Biarin weeeek :p ||
Jadi inti dari postingan kali ini apa?  ||
emm intinyaa, tenang aja masih panjang kok ceritanya, isinya tidak padat, juga tidak jelas.    -__-

ini gambarnyaaa... siap-siap yang merasa seperti beruang nih... sedang apa kau beruang? 
Let's see this picture 









Hyaaap, kenapa antara rindu dan cemburu ada hujan? Percaya gak? || 
Kami percaya, May ||
Baguuuss.. bagi kalian yang percaya saya sudah tahu apa yang kalian rasakan.
Rasanya bagai dilanda kelaparan yang bertubi-tubi atau setingkat paus mencari mangsa. Yeken?

Lah iya, secara waktu hujan melanda tingkat kelaperan naik drastis cuy, sehubungan dengan meningkatnya populasi cacing yang ada di perut manusia yang menuntut  agar terciptanya kelancaran suplai makanan secara merata, efektif dan efisien. Mengingat suhu yang ditunjukkan oleh derajat celcius menurun tajam, setajam sengatan lebah yang terbakar api cemburu. *eh? Gimana ituh may? Bayangpun sendirilah yaa.  

Nah loh... ini kenapa jadi kayak pelajaran sains beginih? Udalah dibetah-betahin aja ya bacanya ahaaaha..
Inti dari teori tadi adalah meningkatnya intensitas  rasa lapar berbanding lurus dengan meningkatnya nada melodi yang dihasilkan oleh cacing-cacing di perut. Kira-kira begitu rumus fisikanya. Yaap.. yuhuu..

Uda deh may, may... ga usah ngeles kemana-mana.  Jelaskan maksud judul kali ini dengan sebenar-benarnya.
Well, sebait puisi ini mewakili segala jawabannya.
 

Beberapa musim terakhir, butiran air selalu jatuh menyapa bumi di kala senja..
Membasahi arahku. 
Derasnya hujan seakan membisikkanku akan satu nama, kamu. Just you!
Seketika kilatan petir mencetarkan hatiku, bahwa rindu itu salah.. 
Salahkah rindu itu? 
Atau hatilah yang terlalu sering terimbas cemburu?
Kobaran rindu yang membahana berkali-kali telah ku usir. 
Tapi berkali-kali pula ia menemukan jalan pulang.
Ia Selalu pulang pada satu kalimat namamu.
Lalu cemburu bagaimana kabarnya? 
Bukankah itu pertanda bahwa ia ingin memiliki?
Oiih maak jaaang, tetesan hujan itu memang begitu lihai. 
Lihai mengalihkan fokusku untuk mulai melupakanmu.
Memang benar kata mereka..
Bayangan kekasih terlihat jelas lewat tetesan hujan.. 

  *ini lebay pemirrrrsah. Lebay yang semakin tidak bermakna dan tidak beraturan.
Oke sampai berjumpa di tulisan saya berikutnya. Semoga tidak pernah kapok membacanya hahahag.
Salam Mayamoy ^^